Fusion Sushi di SushiGroove
9 Juli 2014, hari libur nasional yang akan menjadi memorable day bagi rakyat Indonesia. Tidak perlu disebutkan lagi libur nasional dalam rangka apa yah… bagi yang tidak tahu silakan di-google dan dibaca sendiri beritanya.
Tak terkecuali bagi saya. Hari ini menjadi lebih memorable lagi karena saya bisa jalan-jalan, berkuliner, dan ngobrol cukup lama dengan sahabat baikku yang sebentar lagi akan berangkat bekerja di USA untuk waktu lama.
Pilihan kuliner kami kali ini jatuh pada Sushigroove. Saya yang memang jarang makan sushi menyetujui karena di sini banyak pilihan fusion sushi, sedangkan sahabatku pastinya suka karena dia penggemar makanan Jepang.
Resto Jepang yang berlokasi di Pondok Indah Mall 2 - Restaurant Row ini sudah cukup lama beroperasi, seingat saya sejak awal PIM 2 dibuka. Sudah sering saya melewati resto ini dan tertarik dengan konsep desain outlet-nya yang tampak catchy di antara deretan resto tetangganya. Dimulai dari bagian depan, sebuah logo besar berwarna hijau di atas background kayu gelap terlihat simple dan modern. Beranjak ke dalam, terdapat meja dan kursi berbahan kayu ditata efektif memenuhi ruangan yang tidak terlalu luas. Tampilan outlet dibuat seperti di kedai dengan adanya meja-meja panjang yang sifatnya sharing, dimana customer bisa duduk bersebelahan dengan customer lain yang tidak saling kenal. Meja-meja terpisah untuk kelompok kecil masih tersedia, namun jumlahnya lebih sedikit. Ruangan terbagi dua bagian yaitu area smoking dan non smoking, dipisahkan oleh semacam service area tempat makanan disiapkan.
Penataan ruangan minimalis tanpa banyak pernik hiasan. Lighting resto dibuat temaram, kontras dengan dinding di salah satu sisi yang diberi lighting terang bermotif garis-garis abstrak. Dinding inilah yang terlihat sangat catchy dari luar ketika kita melewati resto. Di atas setiap meja panjang terdapat lampu sekaligus ornamen ruangan yang sebenarnya simple namun menarik. Terbuat dari dua layer kain berwarna hijau tua dan hijau muda, ditambah efek cahaya lampu di dalamnya menghadirkan nuansa hijau sebagai aksen di tengah ruangan yang gelap. Di atas meja-meja yang lebih kecil juga terdapat lampu gantung berbahan sama namun kombinasi warnanya kebalikan dari yang panjang.
Diawali dengan minuman terlebih dahulu...
Saat menikmati makanan Jepang, minuman yang paling pas memang cold ocha, my favorite! Tidak terlalu pekat, tidak terlalu pahit, dan yang penting bisa refill. Minum teh ini rasanya tidak jauh berbeda dengan minum air putih, dan bisa menetralisir rasa makanan di mulut. Pilihan dingin juga cocok untuk siang hari karena terasa lebih menyegarkan. Sebuah pilihan tepat, bukan?
Kami memilih menu ini karena tertarik dengan kata "gindara and asparagus roll" yang tertera di menu. Rasanya asparagus jarang ada dalam ingredient sushi, maka kami pun jadi tetarik mengetahui seperti apa rasa fusion sushi yang satu ini. Terdapat dua pilihan porsi yaitu full portion yang terdiri dari 8 potong sushi, dan half portion yang berisi setengahnya yaitu 4 potong sushi. Kami memilih half portion agar masih ada cukup ruang di perut untuk menu-menu lainnya. Ketika menu ini datang, ternyata kecil sekali yaaa… Tiga potong sushi disusun merapat di tengah piring dan yang sepotong diletakkan di atasnya seperti puncak menara, kemudian dihiasi mayo dan saus sambal. Rupanya presentasi ini sesuai nama menunya "Krakatau", jadi tampilannya dibuat seperti gunung berapi tengah mengeluarkan lahar. Sushi-nya sendiri berbalut tepung tempura di bagian luar yang sebenarnya crunchy, tetapi sudah tidak garing lagi karena terkena lelehan saus di hampir seluruh permukaannya. Saya coba potongan pertama, langsung terasa sausnya yang terlalu mendominasi sehingga saya tidak begitu bisa merasakan gindara, apalagi asparagusnya. Penasaran, saya coba lagi potongan kedua. Ah, ternyata masih sama, seperti makan nasi dengan sedikit nori dan saus mayo saja. Sahabat saya pun berpendapat sama, dia tidak menemukan baik rasa maupun potongan asparagus di dalamnya. Bukan berarti menu ini tidak enak, tetapi agak mengecewakan karena saus mayo yang berlebihan menutup rasa dari komponen lainnya. Oh ya, bagi yang tidak suka pedas tak perlu terintimidasi dengan nama "Krakatau" dan label "spicy" pada menunya, karena ternyata rasanya tidak pedas sama sekali.
Penataan ruangan minimalis tanpa banyak pernik hiasan. Lighting resto dibuat temaram, kontras dengan dinding di salah satu sisi yang diberi lighting terang bermotif garis-garis abstrak. Dinding inilah yang terlihat sangat catchy dari luar ketika kita melewati resto. Di atas setiap meja panjang terdapat lampu sekaligus ornamen ruangan yang sebenarnya simple namun menarik. Terbuat dari dua layer kain berwarna hijau tua dan hijau muda, ditambah efek cahaya lampu di dalamnya menghadirkan nuansa hijau sebagai aksen di tengah ruangan yang gelap. Di atas meja-meja yang lebih kecil juga terdapat lampu gantung berbahan sama namun kombinasi warnanya kebalikan dari yang panjang.
Ismaya Group yang menaungi Sushigroove memang terkenal tidak tanggung-tanggung dalam "mendandani" setiap restorannya. Tidak cukup hanya interiornya saja yang ditata apik, sampai ke peralatan makannya pun menyesuaikan konsep keseluruhan restonya. Untuk Sushigroove yang bercirikan warna hijau, peralatan makannya juga bernuansa hijau dipadukan beberapa pernik berwarna gelap.
Siap mulai makan?
Diawali dengan minuman terlebih dahulu...
Cold Ocha (refillable, IDR 13k)
Saat menikmati makanan Jepang, minuman yang paling pas memang cold ocha, my favorite! Tidak terlalu pekat, tidak terlalu pahit, dan yang penting bisa refill. Minum teh ini rasanya tidak jauh berbeda dengan minum air putih, dan bisa menetralisir rasa makanan di mulut. Pilihan dingin juga cocok untuk siang hari karena terasa lebih menyegarkan. Sebuah pilihan tepat, bukan?
Tako Yaki Udon (IDR 69k)
Sauteed udon with octopus
Sebuah menu simple pilihan sahabat saya, tentunya. Dia suka octopus, sedangkan saya tidak, tetapi tak apa karena saya tetap bisa mencicipinya. Potongan tako cukup besar sehingga mudah saya hindari agar jangan sampai terambil. Tingkat kematangan udon pas sesuai selera saya, yaitu sedikit melebihi al dente tetapi tidak sampai terlalu lunak juga. Udon dimasak dengan bawang putih yang cukup banyak, potongan tipis paprika, dan tako. Rasanya sedikit pedas dan enak meskipun tidak dapat dikatakan istimewa, hanya agak terlalu asin untuk standar lidah saya. Tersaji di atas piring bertepi cantik nan unik, namun garnish-nya sederhana hanya berupa irisan halus daun bawang yang diletakkan di atas tumpukan udon. Porsinya tergolong minimalis seperti dekorasi ruangannya, alias sedikit! Bahkan kami yang tidak terbiasa makan banyak pun dapat menghabiskan udon ini dengan mudah, seporsi untuk satu orang.
Krakatau Roll (half portion IDR 29k, full portion IDR 49k)
A delicious explosion of gindara and asparagus roll in Sushigroove's special mayo sauce
Kami memilih menu ini karena tertarik dengan kata "gindara and asparagus roll" yang tertera di menu. Rasanya asparagus jarang ada dalam ingredient sushi, maka kami pun jadi tetarik mengetahui seperti apa rasa fusion sushi yang satu ini. Terdapat dua pilihan porsi yaitu full portion yang terdiri dari 8 potong sushi, dan half portion yang berisi setengahnya yaitu 4 potong sushi. Kami memilih half portion agar masih ada cukup ruang di perut untuk menu-menu lainnya. Ketika menu ini datang, ternyata kecil sekali yaaa… Tiga potong sushi disusun merapat di tengah piring dan yang sepotong diletakkan di atasnya seperti puncak menara, kemudian dihiasi mayo dan saus sambal. Rupanya presentasi ini sesuai nama menunya "Krakatau", jadi tampilannya dibuat seperti gunung berapi tengah mengeluarkan lahar. Sushi-nya sendiri berbalut tepung tempura di bagian luar yang sebenarnya crunchy, tetapi sudah tidak garing lagi karena terkena lelehan saus di hampir seluruh permukaannya. Saya coba potongan pertama, langsung terasa sausnya yang terlalu mendominasi sehingga saya tidak begitu bisa merasakan gindara, apalagi asparagusnya. Penasaran, saya coba lagi potongan kedua. Ah, ternyata masih sama, seperti makan nasi dengan sedikit nori dan saus mayo saja. Sahabat saya pun berpendapat sama, dia tidak menemukan baik rasa maupun potongan asparagus di dalamnya. Bukan berarti menu ini tidak enak, tetapi agak mengecewakan karena saus mayo yang berlebihan menutup rasa dari komponen lainnya. Oh ya, bagi yang tidak suka pedas tak perlu terintimidasi dengan nama "Krakatau" dan label "spicy" pada menunya, karena ternyata rasanya tidak pedas sama sekali.
Princess Roll (half portion IDR 39k, full portion IDR 69k)
Baked tuna and dream sauce on top of our California Roll
Another fusion sushi yang kami pilih karena seluruh isinya pasti matang, dan kami penasaran dengan rasa dream sauce yang disebutkan di keterangan menu. Empat potong sushi tersaji di atas piring hitam karena kami kembali memilih half portion. Potongan sushinya lebih besar dari krakatau, bentuk roll-nya lebih rapi dan disusun berjajar memanjang. Tidak ada komplain untuk isi California roll yang soo basic (tapi enak), apalagi untuk topping baked tuna beserta dream sauce di atasnya yang soo perfect. Potongan tuna yang digunakan tipis dan dagingnya segar sehingga tidak ada rasa amis sama sekali. Dream sauce sendiri berbahan dasar mayo yang dibumbui ala Sushigroove, menghasilkan saus yang rasanya balance dan terasa lumer di mulut. Ditambah taburan caviar dan sedikit wijen goreng menjadikan sepotong sushi ini memiliki tekstur yang kompleks dan tentunya rasa yang membuat kita ingin makan sepotong lagi dan lagi. Duh, jadi menyesal hanya pesan half portion untuk berdua!
Soft Shell Crab Salad (IDR 49k)
Crispy soft shell crab on top of romaine lettuce, edamame, and carrot with wasabi mayo dressing
Menu salad yang seharusnya menjadi makanan pembuka justru keluar paling akhir di antara semua pesanan kami, maka jadilah salad penutup. Pada dasarnya isi salad ini standar seperti salad umumnya yaitu romaine lettuce, wortel parut, tomat, dan kyuri, namun menjadi "ala Jepang" dengan adanya edamame dan dressing wasabi mayo. Menjadi lebih berbeda lagi karena adanya satu ekor soft shell crab berbalut tepung tempura yang crunchy sebagai topping utama. Satu catatan saya, wasabi mayo dressing-nya enak karena rasa wasabi tidak sampai mendominasi, tetapi cukup memberikan seberkas rasa yang khas setelah dicampurkan dengan sayuran. Awalnya saya merasa dressing yang diberikan terlalu sedikit, ternyata setelah diaduk agak lama dengan sayuran justru pas komposisinya. Secara keseluruhan salad ini enak dan kami berdua menyukainya, tak heran jika porsinya yang tergolong kecil ini dapat kami habiskan dengan cepat.
Dari segi pelayanan, waitress di sini cukup responsif, ramah, dan menguasai menu. Makanan pesanan kami termasuk agak lama keluar mengingat kondisi resto sedang tidak ramai. Kami menunggu sekitar 20 menit hingga akhirnya menu pertama tersaji, namun bisa dimaklumi karena menu pilihan kami memang perlu waktu lebih untuk mempersiapkannya. Cita rasa makanan tergolong aman, kategori fusion-nya tidak ada yang terlalu "ajaib", hanya sedikit kekurangan semisal terlalu asin tetapi tidak sampai fatal.
Bicara soal harga, jujur saja, pricey. Jika dinilai dari rasa dan kualitas, mungkin masih worth it karena rasa makanan di sini enak (meskipun tidak semuanya) dan bahan makanan berkualitas baik, tetapi jika dilihat dari porsinya yang kecil jadi terasa mahal. Meskipun demikian, harga bukan segalanya. Suasana resto, pelayanan yang baik, terutama rasa dan kualitas makanan menjadikan customer tetap ingin datang lagi. Saya pribadi masih ingin kembali di kemudian hari untuk mencoba beberapa menu lain yang tampaknya menarik, karena Sushigroove menyediakan cukup banyak varian menu yang dapat dipilih. Sesekali memanjakan diri dengan makanan mahal demi bertualang rasa di Sushigroove rasanya tak apa… Anyone?
Sushigroove
Pondok Indah Mall 2, Restaurant Row, 3rd Floor
Jl. Metro Pondok Indah
Tel. +62 21 7592 1000
Facebook: Sushigroove Website: www.ismaya.com/sushigroove
Sushigroove
Pondok Indah Mall 2, Restaurant Row, 3rd Floor
Jl. Metro Pondok Indah
Tel. +62 21 7592 1000
Facebook: Sushigroove Website: www.ismaya.com/sushigroove
Comments
Post a Comment